Sebanyak 19 anak dari 13 keluarga di wilayah Kabupaten Banyumas, mengikuti ruwat sukerta masal, Sabtu (13/5) di komplek Bale Adipati Mrapat, Kecamatan Banyumas.
Plt Kepala Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Kabupaten Banyumas, Sugeng Amin menyampaikan, ruwat sukerta masal merupakan budaya adiluhung yang diciptakan oleh leluhur.
“Sukerta kalau diartikan susuker regedan, bahwa pada diri anak menurut tradisi Jawa, anak ada regedan atau kotoran. Sehingga perlu diruwat, dibersihkan,” terang Sugeng Amin.
Ruwat Sukerta untuk Wisata
Ruwat sukerta pada 2023 ini merupakan gelaran ke dua oleh Dinporabudpar Kabupaten Banyumas. Sarana edukasi kepada masyarakat khususnya generasi muda, supaya bisa memahami nilai yang terkandung di dalam ruwat sukerta.
“Harapan ke depannya ruwat sukerta bisa kita jual untuk kepariwisataan di Banyumas,” Harap Sugeng.
Sehingga ruwat sukerta bisa dikenal oleh seluruh bangsa Indonesia.
Agendanya bakal terus dipromosikan dengan menggandeng pariwisata Jawa Tengah.
Ruwat Sukerta Agar Mengilangkan Hal Negatif
Anak yang mengikuti ruwat sukerta kali ini adalah ontang anting yaitu anak putri hanya satu.
Kembang sepasang atau anak dua perempuan. Uger-uger lawang yakni anak dua laki-laki.
Selain itu, ada sarombo adalah anak empat laki-laki semua. Mogal-magil atau anak putra hanya satu. Kedana-kedini dan kedini-kedana yaitu dua anak laki-laki dan perempuan.
Terpisah, Nandan Rafi Pujasmara (13) dan adiknya Narindra Kafa Mahariza (12) asal Sumampir, Purwokerto menuturkan, diajak orang tuanya untuk mengikuti ruwat. Dalam sukerta mereka disebut uger-uger lawang.
“Siapa tahu setelah diruwat rezeki bisa lancar, sekolah tambah pintar,” ujar Nandan.
Narindra menambahkan, ruwat sukerta untuk menghilangkan sial.
Sehingga berharap setelah ruwat bisa dihilangkan sial dan dilancarkan rezekinya.
Sementara itu, Suwardi (51) asal Bobosan, Purwokerto turut mengikutkan ruwat sukerta anak perempuannya, Syafia Febrianti dan anak laki-laki Rafif Dwi Anggoro.
Dalam sukerta disebut kembang sepasang.
“Ruwat sukerta untuk hilangkan hal negatif pada anak. Supaya anak menjadi soleh solehah, berbakti pada orang tua, dan diberi kesehatan,” doa Suwardi.
Ruwat sukerta diawali prosesi sungkeman anak ke orang tua yang berlangsung haru. Lalu, pagelaran wayang kulit dalang Ki Sungging Suharto.
Setelah itu, anak diciprat air menggunakan oman atau bekas tangkai padi.
Dilanjutkan pemotongan sedikit rambut lalu diletakan di gelas yang berisi air dan mawar.
Prosesi berikutnya siraman di komplek Sumur Mas. Acara berakhir di Sungai Serayu untuk melarung uborampe ruwat sukerta.
cr:radarmas